KORANBOGOR.com,JAKARTA-Monita Tahalea dan Ananda Badudu akan kembali berkolaborasi dalam pentas musik bertajuk “Pada Waktu”. Tema itu adalah benang merah dari karya-karya solo maupun kolaborasi mereka yang tersebar di album teranyar Monita dan Ananda.
“Kami sama-sama punya album yang belum pernah kami angkat ke panggung konser tunggal. Aku punya ‘Dari Balik Jendela’ sementara Nanda punya ‘Angkat dan Rayakan’. Berhubung di kedua album itu kami banyak berkolaborasi, jadi terpikir kenapa enggak sekalian bikin konser bareng,” kata Monita.
‘Dari Balik Jendela’ (2020) adalah album panjang ketiga yang dirilis oleh Monita. Dalam pembuatan album itu, Monita berkolaborasi dengan banyak musisi salah satunya dengan Ananda. Monita mengajak Ananda untuk menulis lagu bersama.
“Kami banyak bertukar pikiran dan saling memperkaya ide. Ternyata proses itu berbuah lagu, jadi langsung saja deh rekam dan masukkan ke album,” kata Monita.
Lagu kolaborasi mereka yang kemudian meramaikan album Dari Balik Jendela (DBJ) adalah ‘Jauh Nan Teduh’, ‘Pada Angin’, dan ‘pada Air’. Selepas rilis sebenarnya Monita sudah menyiapkan banyak rencana untuk memperkenalkan 10 lagu yang ada di dalam DBJ, namun ternyata pandemi menghadang.
Dalam ‘Angkat dan Rayakan’ (2021) -album pendek perdana yang menandai dimulainya karir Ananda sebagai solois- Ananda gantian mengajak Monita menyumbang ide dan nyanyian. Kolaborasi mereka menghasilkan lagu “Kita Berangkat Saja Dulu”, dan “Apa Mimpimu?”.
Belakangan lagu-lagu kolaborasi itu sering mereka mainkan bersama setiap ada kesempatan untuk manggung bareng.
“Kami beberapa kali membawakan lagu-lagu itu saat main di festival-festival, tapi belum pernah bikin showcase yang khusus,” kata Ananda. “Kesempatan untuk bikin gelaran khusus rupanya datang di tahun ini. Dapat tempat yang cocok pula untuk pertunjukan intim. Jadi langsung gas deh,” kata Ananda.
Di luar lagu-lagu yang ditulis bersama, Monita dan Ananda juga akan membawakan lagu-lagu lain yang tersebar di album-album yang pernah mereka garap.
Lagu-lagu itu diambil dari album solo Monita berjudul “Dandelioni” (2015), juga dari album garapan Ananda yang dirilis di bawah nama Banda Neira, yakni “Berjalan Lebih Jauh” (2013), serta “Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti” (2016).
“Semua lagu-lagu itu akan dibawakan dalam format kolaborasi. Jadi kami akan nyanyi dan bermain bersama sepanjang konser,” kata Monita.
Monita dan Ananda mengajak Indra Perkasa serta Yoseph Sitompul sebagai penata musik untuk mengaransemen ulang lagu-lagu yang akan mereka mainkan. “Yang pernah nonton kami main bersama di festival-festival, tenang saja, lagu-lagu di konser nanti akan terdengar berbeda. Mudah-mudahan ya,” kata Ananda.
Wawancara singkat dengan Monita Tahalea dan Ananda Badudu tentang gelaran Pada Waktu.
Sejak kapan kalian mulai bermusik bersama?
Monita: Waktu itu diajak Ananda untuk ikut nyanyi di showcase-nya Gardika Gigih di IFI Jakarta. Itu tahun 2017, sudah lumayan lama juga ya. Di situ pertama kali kami kenal dan langsung nyanyi bareng.
Ananda: Iya, waktu itu belum kenal terus langsung nyanyi bareng. Kalau diingat-ingat kocak juga soalnya dulu sungkan juga mau mengajak Monita karena sebelum itu aku mengagumi Monita sebagai penyanyi ya dari kejauhan saja, dari CD Dandelion yang diputar sebelum kerja, enggak terpikir akan ada kesempatan bisa nyanyi bersama. Terus pas nyanyi bareng juga kurasa langsung nge-‘klik’ yah, jadi kalau misalnya berlanjut akan sangat menyenangkan sekali. Eh enggak taunya diajak lagi sama Momon pas dia mau bikin album baru.
Apa yang membuat kolaborasi kalian berlanjut?
Monita: Awalnya aku pribadi tidak mengira, bahwa project musikku bersama Ananda akan disambut antusiasme yang luar biasa dari pecinta musik. Kolaborasinya kemudian berlanjut juga ke acara-acara off air yang disambut baik oleh para pengunjung acara-acara tersebut dan ini membuat kami semakin yakin harus membuat konser khusus yang lebih intim lagi.
Apa yang membedakan konser Pada Waktu nanti dengan panggung-panggung kalian sebelumnya?
Ananda: Gedung pertunjukannya pasti sangat mendukung untuk membangun nuansa intim yah. Memang musik-musik akustik seperti musik kami ini kurasa rasanya akan berbeda kalau dimainkan di ruang-ruang tertutup dengan cahaya yang diatur khusus. Rasanya bisa lebih ‘kena’ gitu energi yang mau disampaikan. Kalau panggung-panggung sebelumnya sih lebih sering di area terbuka. Bukannya enggak suka dengan panggung terbuka, tapi energinya pasti beda. Ya mungkin kalau diomongin terlalu abstrak, jadi harus datang dan rasakan langsung maksudnya.
Tapi tiketnya sudah habis. Ada yang mau disampaikan ke pembeli tiket?
Monita: Terima Kasih buat teman-teman yang sudah membeli tiket, semua sudah sold out dalam beberapa hari, itu di luar ekspektasi kami. bukannya kami tidak mau menambah tiket, tapi karena konser ini konsepnya memang kita inginnya Intimate banget, jadi sejauh ini belum ada rencana menambah kuota. Intinya, terima kasih dan sampai bertemu di hari H nanti!
Media Relations and Partnerships
Tipot Setiadi