KORANBOGOR.com-Kanker serviks adalah kanker yang berkembang di leher rahim wanita. Kanker serviks ini sering disebut-sebut sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam, karena tidak adanya gejala pada stadium awal kanker serviks.1,2
Hampir semua kasus kanker serviks (lebih dari 95%) disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV) risiko tinggi. Setelah infeksi HPV, kanker serviks umumnya berkembang perlahan hingga mencapai 10-20 tahun dan baru menunjukkan gejala ketika sudah memasuki stadium lanjut.1,3
Gejala kanker serviks biasanya biasanya akan muncul setelah kanker memburuk dan mulai menyebar. Kondisi ini bisa menyebabkan pengidapnya mengalami perdarahan abnormal setelah hubungan intim, selama menopause atau antara periode, periode berat, atau berkepanjangan, keluarnya cairan yang tidak biasa, atau rasa sakit saat berhubungan intim. Semakin lanjut stadium kanker serviks saat ditemukan, semakin rendah angka harapan hidupnya.2-4
Dengan tidak adanya atau tidak adanya gejala awal penyakit, ada kekhawatiran bahwa beberapa wanita mungkin tidak menyadari bahwa mereka mengidapnya, dan beberapa bahkan mungkin mengabaikan tanda-tanda atau membingungkan mereka dengan gejala-gejala kondisi lain. Oleh karena itu, penting untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap kanker serviks.1,2
Salah satu tindakan pencegahan utama yang penting dilakukan adalah pemeriksaan skrining kanker serviks. World Health Organization (WHO) merekomendasikan wanita usia subur (WUS) usia 30 – 50 untuk melakukan skrining kanker serviks secara rutin. Pemeriksaan ini sangat perlu dilakukan untuk mendeteksi infeksi HPV atau mendeteksi perubahan awal pada sel serviks, sehingga pengobatan dapat diberikan sejak dini untuk mencegah perkembangan kanker.1,3,5
Terdapat beberapa metode pemeriksaan skrining kanker serviks yang dapat dipilih oleh wanita Indonesia. Pemeriksaan yang paling umum dilakukan adalah tes IVA dan Pap smear. Singkatnya, Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah pemeriksaan dengan cara mengoleskan secara langsung Asam Asetat/cuka dapur encer (konsentrasi 3-5%) pada leher rahim untuk melihat adanya sel-sel displasia (tahapan pra kanker); sedangkan Pap smear adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengeruk bagian luar serviks pasien untuk mengumpulkan sampel sel, yang kemudian sel-sel ini dianalisis di bawah mikroskop untuk melihat kelainannya. Selain itu, ada pemeriksaan HPV DNA yang dilakukan dengan mengambil sampel sel dari leher rahim (serviks). Sampel tersebut kemudian diperiksakan ke laboratorium untuk diketahui apakah terdapat HPV di dalam sel serviks.4-6
Referensi :
- World Health Organization. Cervical Cancer. 2022.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Cegah Kanker Serviks Sedari Dini. 2022.
- Kasper, Dennis L, et al. Cervical Cancer. In : Harrison’s Manual of Medicine. 19th McGraw Hill Inc. 2017.
- Pentingnya Mendeteksi Dini Kanker Serviks. 2021.
- Centers for Disease Control and Prevention. What Can I Do to Reduce My Risk of Cervical Cancer? 2022.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Skrining dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim. 2021.