Politik Belah Bambu Prabpwo-Gibran Hancurkan Soliditas Relawan Jokowi dan PDI Perjuangan

Harus Baca

KORANBOGOR.com,JAKARTA-Direktur Pusat Studi Islam dan Demokrasi Nazar EL Mahfudzi mengemukakan hasil analisisnya terhadap perjalanan pelaksanaan Pemilu 2024.

Dia menilai strategi politik belah bambu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mampu menghancurkan soliditas sukarelawan Jokowi dan PDI Perjuangan.

Dalam hal ini kemungkinan kekuasaan berperan besar, mengingat Gibran merupakan putra Presiden Jokowi dan Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahanan.

“Politik belah bambu warisan Belanda ketika menjajah Indonesia, kemungkinan dimainkan saat Prabowo gagal menggaet Ganjar Pranowo sebagai kandidat wakil presiden,” ujar Nazar dalam keterangannya, Selasa (20/2).

Politik belah bambu yang dimaksud yakni membenturkan para sukarelawan yang selama ini mendukung Presiden Jokowi.

Prabowo sendiri telah mendapatkan jabatan strategis dalam Pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2024.

Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu akhirnya berpasangan dengan putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka. Sementara Ganjar Pranowo maju sebagai kandidat presiden berpasangan dengan Mahfud MD dengan diusung PDI Perjuangan

“Belah bambu adalah istilah politik, berebut kekuasaan karena faktor jabatan. Sukarelawan Jokowi yang selama ini padu dan menyatu, dibelah.

Satu bagian diangkat ke atas, sementara bagian lainnya diinjak ke bawah,” ucapnya.

Nazar menduga tujuan memecah belah sukarelawan Jokowi untuk menghancurkan patron politik Jokowi dan PDIP yang cukup solid dalam dua periode di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri.

Gibran dalam hal ini dijadikan sebagai figur. Tujuannya untuk memperdaya antar-sukarelawan Jokowi. “Jadi, semacam asumsi untuk meneruskan kinerja Presiden Joko Widodo mempertahankan kekuasaan.

Praktiknya,dalam teori politik belah bambu,patron politik Jokowi yang menentang kekuasaan diinjak,ditekan dan selanjutnya jika perlu dihancurkan sampai habis,” katanya.

Sementara sebagian kelompok lain,terutama yang mendukung kekuasaan, diangkat, diberi fasilitas dan diistimewakan kehidupannya di masyarakat.

Menurut Nazar politik belah bambu biasa dilakukan di masa penjajahan Jepang dan Belanda hingga masa Orde Baru.

Politik belah bambu dipraktikkan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto dengan melakukan fusi berbagai parpol menjadi tiga partai.

Yakni, PDI, Golkar dan PPP. Kemudian di era reformasi, saat presidential threshold hingga 20 persen, Prabowo menggalang koalisi gemuk.

Menurut Nazar, langkah menggalang kekuatan gemuk hampir sama dengan pola Orde Baru mengumpulkan kekuatan lawan untuk bergabung menjadi bagian kekuasaan, meluluskan kinerja presiden di parlemen. Sementara patron politik Jokowi dibenturkan dari PDIP dan antar-sukarelawan yang ada dalam masyarakat, dipecah menjadi kelompok kecil.

“Dengan demikian tidak lagi punya kuasa atau kemampuan melakukan perlawanan, baik secara politik maupun secara militer,” katanya.

Nazar juga menduga sejumlah lembaga survei ikut bermain. Caranya, dengan mewarnai elektabilitas Prabowo yang selalu unggul.

Hal ini untuk memberikan sinyal dukungan mayarakat, seolah-olah mendukung program kerja Presiden Jokowi dilanjutkan lewat Prabowo.

Sementara elektabilitas Ganjar Pranowo terkesan menurun, seolah para sukarelawan Jokowi dan partai-partai koalisi mengikuti kekuasaan Jokowi lebih berpihak kepada Prabowo Subianto.

“Melalui teknologi media digital sekarang ini rupanya politik belah bambu terkesan masih menjadi pilihan penyelenggara negara untuk kepentingan kekuasaan.

Arena post truth seakan sudah sesuai dengan prosedur, sudah menjaring pemenang Pilpres 2024 dimenangkan pasangan Prabowo Gibran sebelum adanya waktu pencoblosan,” katanya.

Nazar juga menyebut kemenangan Prabowo Gibran juga dianggapkemenangan Jokowi, tetapi tanpa disadari sukarewan Jokowi telah dihancurkan oleh kekuasan rezim Prabowo yang berhasil meraih suara di Pilpres 2024 untuk menyambut era baru sukarelawan Prabowo

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Ketua Umum MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Foto: Ketua Umum MUI M Anwar Iskandar ) KORANBOGOR.com,JAKARTA-Mendekati hari pemungutan suara Pilkada Serentak pada 27 November 2024, Majelis Ulama...

Berita Terkait