KORANBOGOR.com,JAKARTA-Lemahnya Nilai Rupiah yang terjadi terus menerus mulai dirasakan dampaknya di berbagai sektor. Terpuruknya rupiah membuat Bank Indonesia (BI) terpaksa menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 6,25%, diikuti kenaikan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 7,00%.
Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Diana Dewi mengatakan, keputusan BI tersebut bertujuan memperkuat stabilitas Nilai Tukar Rupiah dari dampak memburuknya risiko global serta untuk memastikan inflasi tetap dalam target 2,5±1% di 2024 dan 2025. Namun, di sisi lain justru berdampak pada dunia usaha dalam negeri yang masih membutuhkan bahan baku dari luar.
“Hal itu menjadi sinyal kurang baik, khususnya bagi para pengusaha, di mana harga bahan baku, suku cadang, ekspor-impor di sejumlah komoditi tentu dapat menggerus cash flow perusahaan,” ujarnya , Kamis (25/4).
Tidak hanya itu, bila pengusaha terdampak, maka otomatis masyarakat pun akan merasakan dampaknya juga. Harga-harga tentu akan naik, termasuk barang kebutuhan pokok, bahan bakar minyak, kredit perumahan, dan sebagainya.
“Disinilah pemerintah harus segera menyiapkan sistem mitigasi dampak rambatan (contagion effects) terhadap meningkatnya risiko eksternal dan untuk menahan laju kurs rupiah akan tidak semakin terjerembab. Pemerintah harus dapat mengukur kekuatan dan stok kebutuhan yang ada,” imbuhnya.
Menyikapi kondisi demikian, sebagai pengusaha tentu akan melakukan pengetatan terhadap masuknya suku cadang dari luar, pembelian barang-barang yang transaksinya menggunakan dollar Amerika, dan lainnya.
Kadin pun berharap pemerintah bisa mengambil langkah-langkah konkrit dan kebijakan yang tetap pro-economic growth. Selain itu, perbankan juga bisa membantu pengusaha melalui mekanisme kredit yang baik dan lebih friendly.
“Hal lainnya, pemerintah diharapkan bisa memperkuat kebijakan baik dalam aspek perdagangan, perindustrian, pertanian dalam arti luas serta pertambangan sumber daya alam dan mineral. Melalui penguatan ini, maka bauran kebijakan moneter dan fiskal serta kebijakan oleh kementerian/lembaga lainnya diharapkan mampu menjadi benteng pertahanan bagi rupiah di tengah menguatnya dollar AS,” tandasnya.