KORANBOGOR.com,JAKARTA-Kekerasan dan kejahatan terhadap jurnalis semakin menjadi ancaman serius yang tidak bisa diabaikan. Dalam laporan terbaru dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, tercatat sepanjang tahun 2006 hingga tahun ini (2024) telah terjadi 1098 kasus kekerasan terhadap jurnalis.Â
Data ini mencerminkan betapa berisikonya profesi jurnalis, terutama ketika melaporkan isu sensitif dan kontroversial.
Di tingkat global, tren kekerasan terhadap jurnalis semakin mengkhawatirkan. Pada tahun 2024, Committee to Protect Journalists (CPJ) mencatat 134 jurnalis tewas di seluruh dunia, dengan Amerika Latin, Palestina dan Ukraina sebagai kawasan paling berisiko.
Angka-angka ini menunjukkan perlunya perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat untuk melindungi jurnalis dalam menjaga demokrasi dan hak publik atas informasi yang akurat.
Berikut Macam-macam Bentuk Ancaman dan Kekerasan terhadap Jurnalis
1. Target Pembunuhan
Jurnalis seringkali menjadi sasaran langsung akibat liputan yang mereka lakukan, khususnya di negara-negara dengan tingkat korupsi tinggi dan konflik internal. Misalnya, banyak jurnalis di Meksiko dibunuh oleh kartel narkoba karena mengungkap kejahatan mereka.
2. Penyerangan Fisik
Jurnalis di beberapa negara kerap kali mengalami penyerangan fisik, baik oleh aparat keamanan maupun pihak-pihak yang tidak ingin liputan tertentu dipublikasikan. Serangan fisik ini termasuk pemukulan dan penyiksaan, yang kerap terjadi dalam aksi protes atau konflik politik.
3. Pemenjaraan dan Penganiayaan
Pemerintah otoriter di beberapa negara menggunakan penahanan dan penyiksaan untuk menghalangi jurnalis dalam melaporkan isu-isu yang mengkritisi pemerintah. Menurut CPJ, pemenjaraan hingga penculikan jurnalis sering terjadi di negara-negara seperti China di mana undang-undang digunakan untuk menekan kebebasan pers.
4. Ancaman dan Intimidasi
Banyak jurnalis menghadapi ancaman secara terus-menerus, baik dari kelompok kriminal, individu berpengaruh, maupun aparat pemerintah. Ancaman ini dapat berupa intimidasi secara online, telepon, atau bahkan ancaman fisik kepada keluarga mereka.
5. Sensor dan Tekanan
Bentuk kekerasan lain yang kerap dialami jurnalis adalah sensor dan tekanan agar tidak melaporkan isu-isu tertentu. Di negara-negara dengan pengawasan ketat, jurnalis dipaksa membatasi topik-topik yang mereka liput, yang pada akhirnya merusak independensi dan kebebasan pers.
Impunitas jadi Alasan Banyaknya kejahatan terhadap Jurnalis
Dengan segala bentuk kejahatan dan kekerasan yang dihadapi jurnalis, kebebasan bersuara menjadi isu penting yang perlu perhatian dunia. Jurnalis yang berupaya mengungkap fakta seringkali justru menjadi target kekerasan dan banyak dari kasus yang terjadi tidak ada pertanggungjawaban ataupun pengadilan hukum terhadap pelaku.
Menurut CPJ, meningkatnya kekerasan terhadap jurnalis di dunia disebabkan oleh lemahnya perlindungan hukum dan kurangnya komitmen pemerintah dalam menjamin keamanan jurnalis.
Impunity Index dari CPJ menunjukkan bahwa banyak kasus kekerasan terhadap jurnalis tidak diselesaikan secara adil, khususnya di negara-negara seperti Meksiko dan Brasil, di mana pembunuhan terhadap jurnalis jarang diusut hingga tuntas. Kurangnya tindakan hukum yang tegas terhadap pelaku menjadi alasan utama mengapa kekerasan terhadap jurnalis terus berulang dan bahkan meningkat.
Nah, dengan peningkatan jumlah kematian dan kekerasan terhadap jurnalis ini menjadi bukti nyata bahwa kebebasan pers masih menjadi isu kritis di banyak negara. Dibutuhkan komitmen global untuk melindungi jurnalis dari berbagai bentuk ancaman ini dan memastikan bahwa pelaku kekerasan terhadap jurnalis diadili.
Sumber: Committee to Protect Journalists (CPJ), Reporters Without Borders, Aliansi Jurnalis Independen