KORANBOGOR,com,HOUSTON-Bumi menghadapi ancaman besar dari fenomena alam yang jarang terjadi, semburan matahari super (super solar flare). Dalam hitungan menit, energi setara ribuan bom atom dilepaskan oleh matahari, memengaruhi ionosfer, satelit, hingga infrastruktur teknologi di seluruh dunia.
Ilmuwan telah mempelajari potensi dampaknya, baik dalam jangka pendek maupun panjang, serta tantangan pemulihannya.
Hanya delapan menit setelah semburan matahari, radiasi elektromagnetik, termasuk sinar-X dan radiasi ultraviolet ekstrem menghantam Bumi. Ionisasi di lapisan ionosfer mengganggu komunikasi radio, terutama di pita frekuensi tinggi, sehingga mengacaukan layanan navigasi dan penyiaran global.
Satelit yang mengorbit menjadi sasaran pertama dampak ini, mengalami kerusakan serius pada sistem elektroniknya. Astronaut yang sedang bertugas di luar angkasa berisiko terpapar radiasi berbahaya yang dapat berdampak pada kesehatan mereka.
Beberapa menit kemudian, partikel bermuatan seperti proton dan elektron mulai menyerang dengan kecepatan mendekati cahaya. Fenomena ini menyebabkan aurora (cahaya utara dan selatan) terlihat hingga di garis lintang rendah, jauh di luar lokasi biasanya. Namun, keindahan ini dibayangi oleh meningkatnya ketidakstabilan sistem navigasi satelit dan gangguan pada komunikasi global.
Beberapa jam setelah semburan matahari super, lontaran massa korona (CME) mencapai magnetosfer Bumi, memicu badai geomagnetik besar. Wilayah lintang tinggi, seperti Eropa Utara, Amerika Utara, dan sebagian Asia, mulai mengalami pemadaman listrik akibat lonjakan arus yang merusak jaringan distribusi.
Sistem komunikasi berbasis satelit, termasuk internet dan telepon seluler, menjadi tidak dapat digunakan.
Pada puncaknya, yang terjadi dalam 24 jam pertama, sistem kelistrikan global runtuh sepenuhnya. Kerusakan arus induksi memengaruhi infrastruktur penting seperti pipa gas dan jaringan kereta api, sementara layanan telekomunikasi berhenti total.
Kondisi ini memaksa dunia masuk ke dalam kegelapan teknologi, dengan pemulihan yang diprediksi membutuhkan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
Pemulihan dari dampak semburan matahari super adalah tantangan besar. Kerusakan permanen pada jaringan listrik membuat proses perbaikan memakan waktu lama. Sistem navigasi satelit tetap tidak berfungsi, memengaruhi transportasi udara dan laut, sementara sistem komunikasi berbasis radio hanya dapat beroperasi secara terbatas.
Selain itu, paparan radiasi yang tinggi pada penduduk di wilayah terbuka menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Tanpa tempat perlindungan yang memadai, banyak orang menghadapi bahaya radiasi yang merusak.
Fenomena semburan matahari super mengingatkan kita betapa rapuhnya ketergantungan manusia pada teknologi modern. Dalam menghadapi ancaman semacam ini, langkah-langkah mitigasi, seperti perlindungan infrastruktur listrik dan satelit, menjadi sangat penting untuk mengurangi dampaknya.
Lalu kapan semburan matahari super bakal terjadi dan berdampak ke Bumi? Pada tahun 1859, semburan matahari yang sangat besar membombardir Bumi dengan begitu banyak energi sehingga kabel telegraf terbakar, dan aurora yang menakjubkan dapat dilihat hingga ke selatan hingga Kuba dan Hawaii.
Para astronom di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics di Cambridge, Massachusetts, yang mempelajari 84 bintang seperti matahari dan mengamati 29 semburan matahari super selama periode 4 tahun berusaja memprediksi seberapa seringnya itu terjadi.
Berita baiknya, bintang seperti matahari mungkin akan mengalami semburan matahari super seperti itu hanya sekali setiap 250 hingga 480 tahun. Namun para astronom mengatakan 350 tahun adalah skenario yang paling mungkin terjadi.