KORANBOGOR.com,JAKARTA-Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengultimatum akan mencabut konsesi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) Blok Masela yang dipegang Inpex Corporation (Inpex). Pasalnya, proyek gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) yang berada di Lapangan Abadi Blok Masela, Tanimbar, Maluku, itu telah mandek puluhan tahun.
Inpex, perusahaan asal Jepang, telah mendapatkan hak melakukan kegiatan eksplorasi di Blok Masela pada November 1998. Lalu, cadangan gas Blok Masela secara resmi ditemukan pada 2000. Saat itu Inpex Nasela Ltd telah mengebor sumur eksplorasi pertama yaitu sumur Abadi-1 dengan kedalaman 4.230 meter.
Pada Desember 2008, Inpex mendapat persetujuan sementara rencana pengembangan atau PoD 1 di bawah kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY). Namun proyek itu jalan di tempat, hingga akhirnya Inpex baru menyerahkan revisi PoD proyek LNG Blok Masela kepada pemerintah pada Juni 2019.
“Masela itu sudah 26 tahun, dari saya masih aktivis sampai saat ini belum beroperasi. Aku sudah bikin surat, kamu (Inpex) kalau tahun ini tidak melakukan pekerjaan produksi, ya mohon maaf, atas nama UU, kita akan mengevaluasi,” ujarnya di Jakarta, Kamis (30/1).
Sikap tegas tersebut, ungkap Bahlil, sebagai peringatan kepada kontraktor Blok Masela supaya tidak semaunya sendiri menjalankan proyek strategis nasional (PSN) itu.
Adapun skema pengoperasian blok tersebut merupakan kombinasi antara offshore (di laut lepas) dan onshore (pekerjaan di daratan hingga daerah garis pantai untuk eksplorasi minyak dan gas bumi).
“Bahwa negara Indonesia tidak boleh dimainkan. Supaya apa? Jangan pengusaha mengendalikan negara. Tapi negara yang harus mengendalikan pengusaha, dengan catatan negara juga enggak boleh zalim kepada pengusaha,” ucap Ketua Umum Partai Golkar itu.
Ia menekankan pentingnya pengoperasian Blok Masela sehingga perlu segera beroperasi. Proyek itu digadang memproduksi kilang LNG 9,5 juta ton per tahun/million ton per annual (mtpa) dan 150 juta kaki kubik (mmscfd) dalam bentuk gas pipa, serta produksi kumulatif kondensat sebesar 255,28 juta barel (million stock tank barrels/mmstb).
“Barang ini sudah dipegang konsesinya, tapi enggak dijalankan. Aku sudah bilang, kalau ini tidak berjalan, kita akan evaluasi untuk kebaikan investor, rakyat, bangsa, dan negara,” pungkasnya.