KORANBOGOR.com,JAKARTA-Direktur Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti menyebut pidato politik Presiden RI Prabowo Subianto berpotensi kehilangan kekuatan di mata masyarakat.Â
Sebab, kata dia, Prabowo dalam pidato banyak mengumbar pernyataan menyangkut pribadi hingga urusan kabinet dengan realisasi yang kurang.
Hal demikian dikatakannya demi menyikapi pernyataan Prabowo soal raja kecil dalam birokrasi yang melawan kebijakan efisensi anggaran.
“Lama-lama pidato Pak Prabowo akan kehilangan kesaktian di mata masyarakat. Sudah terlalu banyak yang diumbar, tetapi realisasinya masih kecil,” kata Ray melalui layanan pesan, Selasa (11/2).
Pengamat politik itu mengatakan sehebat apa pun pidato Ketua Umum Partai Gerindra itu akan kehilangan daya tekan tanpa tindakan nyata.
Misalnya, kata Ray, Prabowo bilang ada serangan terhadap pemerintahan eks Menhan RI itu.
Namun, pernyataan menjadi ambigu tanpa terungkap sosok penekan.
“Hari ini, beliau banyak menyebut soal serangan terhadap pemerintahannya, tetapi, tak juga jelas maksudnya. Lama-lama masyarakat melihat hal ini hanya sebagai upaya memelihara citra,” kata dia.
Contoh lain, kata Ray, Prabowo juga tidak bersuara keras terhadap kebijakan penyaluran elpiji tiga kilogram atau gas melon tanpa melibatkan pengecer.Â
Dia mengatakan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia tidak ditegur Prabowo secara tegas setelah kebijakan Ketum Golkar menghapus pengecer dari mata rantai penyaliran gas melon menuai polemik.
“Alih-alih ditegur malah soal gas melon dijadikannya bahan lelucon,” kata Ray.
Kini, kata dia, Prabowo berbicara soal birokrat yang melawan kebijakan eks Danjen Kopassus itu mengefisiensikan anggaran.
Namun, Ray sampai kini tidak melihat Prabowo berani mencopot atau mengganti raja kecil di birokrat yang melawan kebijakan efisiensi anggaran.
“Jangan dibiarkan berlarut-larut. Ditegur. Jika membandel, dicopot. Dalam 100 masa pemerintahannya, pak Prabowo sudah paham mana yang tulus mendukungnya mana yang memang sekadar mencari jabatan dan mungkin uang,” katanya.