BUDIDAYA MAGGOT UNTUK MENGATASI SAMPAH ORGANIK

Harus Baca

KORANBOGOR.com,JAKARTA – Bedasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022,jumlah timbunan sampah di Indonesia sebesar 68,7 juta ton/tahun dengan komposisi sampah didominasi oleh sampah organik,khususnya sampah sisa makanan yang mencapai 41,27%.Kurang lebih 38,28% dari sampah tersebut bersumber dari rumah tangga.

Bedasarkan data KLHK tahun 2022 juga disebutkan bahwa sebanyak 65,83% sampah di Indonesia masih diangkut dan dibuang ke landfill.

Pengelolaan sampah organik,khususnya sisa makanan perlu menjadi perhatian utama.Sehingga muncul inovasi budidaya maggot untuk mengatasi hal tersebut. 

Maggot merupakan larva dari serangga Hermetia illucens atau lebih dikenal dengan lalat Black Soldier Fly (BSF). Bentukan nya mirip ulat, berbulu dan berwarna coklat.

Sebelum dikenal dengan sebutan Maggot,larva ini dikenal dengan sebutan ‘belatung’. Pada dasarnya maggot dan belatung memiliki fungsi yang berbeda.

Belatung yang berasal dari lalat rumah yang berperan sebagai munculnya faktor penyakit.Sedangkan Maggot berperan sebagai agen perombak sampah organik.Maggot tidak membawa racun,bakteri maupun kuman sehingga aman untuk dibudidayakan secara mandiri maupun masif.

Dalam proses penguraian,Maggot memakan sampah organik sebagai makanan sehari-hari.Maka,kebiasaan Maggot dalam memakan sampah organik menjadi solusi dalam mengurangi sampah di lingkungan sekitar kita.

Kemampuan konsumsi sampah organik oleh Maggot sangat bervariasi, bergantung pada jenis sampah,kadar air,jumlah larva,ukuran larva,dan suhu lingkungan.

Kemampuan Maggot mengurai sampah organik tidak perlu diragukan lagi. Maggot membutuhkan sampah organik untuk tumbuh selama 25 hari sampai siap dipanen.

Maggot memiliki kemampuan mengurai sampah organik 2-5 kali bobot tubuhnya selama 24 jam.1 kilogram Maggot dapat menghabiskan 2-5 kilogram sampah organik perhari. 

Contoh sampah organik yang dimaksudkan adalah sampah organik rumah tangga,sampah sayuran,sisa makanan,bangkai hewan dan lain sebagainya. Sifat sampah organik adalah tidak tahan lama dan cepat membusuk.

Biasanya sampah jenis ini berasal dari makhluk hidup. Dengan memanfaatkan sampah organik seperti buah-buahan atau sayur-sayuran yang sudah layu sebagai media untuk pertumbuhan Maggot.

Usia Maggot terbilang cukup lama kurang lebih 4 minggu.Proses produksi nya tidak memerlukan teknologi yang sangat tinggi sehingga aman untuk dibudidayakan di rumah dan cocok dilakukan di sentra perikanan untuk menekan biaya produksi.

Asal mula hidupnya Maggot berawal dari lalat hitam.Dan lalat hitam ini bertelur dengan jumlah produksi telur sekitar 546-1.505 butir dengan memerlukan waktu 20-30 menit.

Telur dari lalat hitam ini didiamkan di media hingga menetas.Lalat betina bertelur satu kali selama hidupnya,setelah itu akan mati.Sebelum dibudidayakan,Maggot memerlukan 2 tempat.

Yang pertama menyiapkan tempat kandang lalat hitam.Fungsi dari kandang lalat hitam ini sebagai produksi atau tempat menghasilkan telur.Yang kedua ruang pembesaran Maggot atau yang disebut dengan biopond. 

Cara budidaya Maggot tergolong cukup mudah karena tidak memerlukan tahapan- tahapan khusus maka semua orang dapat mengerjakannya.

Pembudidayaan Maggot dapat dikerjakan dengan tingkatan kecil maupun menengah. Biaya yang dikeluarkan cukup murah serta pemeliharaannya tidak menghabiskan banyak waktu karena tidak perlu dipantau setiap hari.

Selain itu,biaya untuk pakan nya juga berasal dari limbah organik rumah tangga.Diawali dengan pembuatan media penetasan telur di dalam wadah plastik.Media yang digunakan yaitu dedak yang dicampurkan air agar dedak tetap dalam kondisi lembab.

Penambahan air pada dedak dilakukan 2 hari sekali.Telur-telur tersebut diletakkan diatas penampang yang terbuat dari kawat yang memiliki pori-pori kecil dengan dilapisi tisu agar telur tidak bersentuhan langsung dengan media, karena telur akan mati. Proses penetasan telur berlangsung selama 3-5 hari.

Maggot yang baru saja menetas jatuh kedalam media untuk bertahan hidup. Bayi Maggot berkembang selama kurang lebih 7 hari setelah masa penetasan telur berlangsung.Lalu dipindahkan ke media pembesaran yang terbuat dari kayu. Pada proses inilah diperlukannya sampah organik.

Sampah organik di pilah dari sampah anorganik seperti kertas, plastik dan sebagainya. Lalu sampah organik dicacah atau dihaluskan terlebih dahulu tujuannya supaya maggot lebih mudah mencernanya. 

Sampah organik yang sudah dicacah atau dihaluskan bisa langsung dijadikan pakan Maggot, tetapi alangkah bagusnya sampah organik difermentasikan terlebih dahulu supaya hasil nutrisi dan unsur haranya lebih bagus.

Sampah organik yang di fermentasikan membutuhkan waktu kurang lebih 4 hari dan siap dijadikan pakan Maggot. jangan memberi pakan Maggot terlalu banyak karena akan menimbulkan bau.

Oleh karena itu penting dalam manajemen pakan Maggot. Sampah organik yang di fermentasikan di masukkan ke biopond dan diratakan. Setelah rata tebarkan bayi Maggot di atas media pakan.

Diamkan sampai pakan habis sampai media nya mengering dan berwarna hitam.Maggot yang sudah berumur 15-20 hari dapat di panen.Proses panen maggot dilakukan dengan menggunakan ayakan sederhana.Tujuan adalah untuk memisahkan Maggot dari kasgot (media bekas maggot).Maggot yang sudah di panen dapat di jual dan di jadikan sumber protein untuk pakan ternak sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat. 

Sampah-sampah organik yang dikonsumsi oleh Maggot akan berubah menjadi pupuk kompos organik dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan metode konvensional yang dimanfaatkan untuk tanaman.

Dalam dunia pertanian,pupuk memegang peranan yang cukup penting.Untuk menghasilkan tanaman yang berkualitas baik diperlukan pupuk yang dapat menunjang kesuburan tanah. Namun,harga pupuk di pasaran cukup tinggi.

Jika harga pupuk mahal, petani tentu harus berpikir matang sebelum membeli. Oleh karena itu,diperlukan pupuk alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Ternyata pupuk alternatif bisa dihasilkan dari seekor hewan bernama Maggot Dengan budidaya Maggot yang dilakukan masyarakat,dapat dimanfaatkan untuk sektor pertanian.

Memanfaatkan budidaya Maggot sebagai penghasil pupuk organik ternyata dapat membantu petani menghasilkan tanaman yang berkualitas untuk dikonsumsi dan menjaga lingkungan dari resiko pencemaran dampak terhadap lingkungan akibat penggunaan pupuk sintetis. 

Maggot yang dulunya ‘menjijikan’ menjadi ‘menjanjikan’,Maggot selain pengurai sampah, juga bisa menjadikan peluang untuk bisnis sehingga dapat mengembangkan perekonomian yang signifikan.

Siapapun bisa mengembangkan budidaya Maggot,termasuk para peternak. Keuntungan finansial juga bisa didapat dengan mengembangkan bisnis ini. Maggot dapat digunakan sebagai pakan ikan,burung,hewan ternak atau unggas dengan kandungan protein yang sangat tinggi sekitar 40-50 persen. 

Di sisi lain,penggunaan Maggot sebagai pakan ternak dapat dikatakan memiliki banyak keunggulan.

Pertama,Maggot merupakan hewan yang tidak berbau amis dan tidak membawa atau menularkan penyakit sehingga tidak akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan Karena baunya.

Kedua,mudah dicerna oleh ternak karena berukuran kecil dan kandungan nutrisi yang unggul akan membuat ternak tumbuh dengan sehat dan bobot hewan tumbuh secara alami karena nutrisi yang dikonsumsi nya.

Ketiga,budidaya Maggot mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhkan tempat luas sehingga mudah untuk didapatkan dan biaya budidaya nya yang tergolong murah.Terlebih waktu panen larva lalat ini cukup teratur dan jelas. Dengan memanfaatkan Maggot sebagai pakan ternak,biaya yang dikeluarkan dapat ditekan sehingga akan menambah keuntungan. 

Ada beberapa kendala dalam melakukan budidaya Maggot yaitu .

Pertama,memerlukan bahan pakan yang banyak yaitu sampah organik,dalam pengumpulan sampah organik dari masyarakat seperti sampah rumah tangga masih banyak yang belum mengerti dalam membedakan sampah organik dan non organik.

Kedua,seringnya perubahan cuaca yang menyebabkan pergantian suhu menyebabkan Maggot mudah mati.Maggot harus dalam kondisi yang lembab tidak disarankan mengenai sinar matahari secara langsung.

Ketiga,ada beberapa masyarakat yang merasa bahwa Maggot terkesan cukup menggelikan.Budidaya Maggot untuk mengatasi sampah organik tergolong cukup mudah karena tidak memerlukan teknik khusus sehingga semua orang dapat mempraktikkannya.

Anggaran yang dikeluarkan cukup murah dan perawatannya tidak menyita waktu karena tidak perlu dipantau setiap hari. Selain itu biaya pakannya juga gratis karena berasal dari limbah sampah organik. 

Penulis: Fany Ramadhanty Abrar

UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan

Email: fanyramadhanty3@gmail.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Dansatgas TMMD Ke-124 Kodim 1501/Ternate Dampingi Tim Wasev Tinjau Sasaran TMMD di Kec. Sahu, Halmahera Barat

KORANBOGOR.com,HALMAHERA BARAT-Tim Pengawasan dan Evaluasi (Wasev) Kolonel Inf Wawan Setiawan dan Kapten Inf Ujang Suryadi melaksanakan peninjauan Progres TNI...

Berita Terkait