KORANBOGOR.com,JAKARTA-Calon Gubernur Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil menemui Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden ke-8 Prabowo Subianto dalam 2 hari terakhir.
Menariknya, pertemuan itu terjadi setelah elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) versi Parameter Politik Indonesia mencatatkan angka 47,8 persen atau turun 5,6 persen. Pertemuan pertama dengan Prabowo terjadi pada Kamis (31/11) di Restoran Garuda, Sabang, Jakarta.
Pertemuan itu sempat dipublikasikan Prabowo melalui akun Instagram @prabowo yang terbit pada Jumat tengah malam.
Dalam postingan itu, tampak Ridwan Kamil yang berpasangan Suswono itu makan malam bersama Prabowo.Â
“Makan malam dengan Kang Ridwan Kamil di Rumah Makan Garuda, Jl Sabang, Jakarta Pusat,” tulis Prabowo dalam postingan yang diunggah pada Rabu (30/10).
Sementara pertemuan dengan Jokowi terjadi pada Jumat (1/11) di Sumber, Banjarsari, Solo. Emil saat diwawancarai mengungkapkan pertemuannya dengan Prabowo dan Jokowi semata-mata berlandaskan sebagai anak muda yang meminta nasehat.
“Memang dua-duanya dihubungi, sebagai anak yang lebih muda, kan, menghubungi orang tua yang penuh nasihat,” ujarnya saat diwawancarai setelah pertemuan dengan Jokowi.
Pertemuan dengan Prabowo, dia datang sebagai Ketua Tim Kemenangan Daerah (TKD) Jabar. Sementara itu pertemuan dengan Jokowi adalah untuk memberikan ucapan terima kasih.
“Kalau dengan Pak Prabowo, saya, kan, Ketua TKD Jawa Barat, belum sempat menyampaikan ucapan selamat,” papanya.
“Sebenarnya kepada Pak Jokowi, saya belum mengucapkan terima kasih secara pribadi baru secara fisik bisa bertemu sekarang,” lanjut Emil.
Sementara terkait hasil elektabilitas yang didapatnya, Emil menegaskan hasil tersebut harus direspons dengan cara terus bekerja keras.
“Naik turun, jadi kalau lihat survei itu seperti prakiraan cuaca. Harus direspons, kalau baik teruslah bekerja lebih giat, lebih semangat, kalau surveinya baik jangan lengah, teruslah bekerja,” kata mantan Gubernur Jawa Barat itu.
Emil juga menegaskan bahwa survei bagus atau jelek tidak menentukan takdir. “Mau bagus mau jelek survei itu bukan penentu takdir. Hanya untuk mengevaluasi,” tuturnya.