KORANBOGOR.com,VATIKAN-Rarusan ribu umat Katolik dari seluruh dunia memadati Vatikan pada Jumat (25/4/2025) untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus. Peti jenazah Paus yang terbuka menjadi pusat perhatian di Basilika Santo Petrus menjelang pemakamannya yang akan dilaksanakan Sabtu (26/4/2025) ini.
Hingga tengah hari waktu setempat, sekitar 150.000 orang telah melihat peti jenazah Paus asal Argentina tersebut, menurut pernyataan Vatikan. Persemayaman tiga hari itu dijadwalkan berakhir Jumat malam, dengan penutupan peti dilakukan dalam upacara tertutup pukul 20.00 waktu setempat.

Jenazah Paus Fransiskus dibaringkan dalam peti kayu, mengenakan kasula merah, mitra putih, dan sepatu hitam, serta rosario yang melingkar di jari-jarinya. Sekitar 200.000 pelayat, termasuk lebih dari 50 kepala negara dan 10 raja, diperkirakan akan menghadiri pemakaman yang menjadi salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah Vatikan modern.
“Kami mencintai Paus. Kami merasa diberkati bisa melihatnya untuk terakhir kalinya,” ujar Michelle Alcaide (35), peziarah asal Filipina yang mengantre sejak pagi.
Kerumunan memenuhi Via della Conciliazione, jalan utama menuju Basilika. Warga lokal, peziarah, dan turis bercampur dengan suasana penuh haru di tengah hari libur nasional Italia.
“Dia pria yang luar biasa, mencintai semua orang dan semua agama,” kata Igho Felici (53), warga Italia.
Pengamanan ketat diterapkan, termasuk penembak jitu di atap, larangan drone, hingga siaga jet tempur. Gereja Santo Petrus tetap dibuka semalam penuh untuk menampung arus pelayat, dan hanya ditutup sebentar pada dini hari untuk keperluan pembersihan.
“Malam adalah waktu yang sakral. Tuhan sering menampakkan diri di malam hari,” ungkap Nicoletta Tomassetti (60), yang mengunjungi Basilika pada Jumat dini hari.
Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik pertama dari Amerika Latin, wafat pada Senin (21/4/2025) lalu dalam usia 88 tahun, setelah berjuang melawan pneumonia. Ia dikenal sebagai pembela kaum marginal dan sering menyuarakan dukungan bagi migran serta kelompok terpinggirkan.
“Saya merasa seperti kehilangan seorang ayah yang mencintai saya,” ucap Filipa Castronovo (76), seorang biarawati Italia seusai melewati peti jenazah.
Meski kondisi kesehatannya memburuk, Paus Fransiskus tetap tampil di hadapan publik pada Minggu Paskah, yang menjadi penampilan terakhirnya.
Ucapan duka mengalir dari seluruh dunia. Dalam pidato terakhirnya, Paus Fransiskus mengecam keras praktik diskriminasi dan kebencian terhadap kelompok rentan.
“Pemandangan ini sungguh mengesankan. Ini adalah pelukan terakhir umat terhadap Paus tercinta,” kata Kardinal Prancis Francois-Xavier Bustillo.
Vatikan mengonfirmasi kehadiran 130 delegasi asing, termasuk Presiden Argentina Javier Milei, Pangeran William dari Inggris, serta mantan Presiden AS Donald Trump dan istrinya Melania, yang dijadwalkan tiba Jumat malam.
Paus Fransiskus akan dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, gereja yang sangat ia cintai. Prosesi pemakaman akan melewati Fori Imperiali dan Koloseum, dua situs bersejarah di jantung Kota Roma. Layar besar akan disiapkan di sepanjang rute untuk memfasilitasi pelayat.
Sebagai bentuk penghormatan, sekelompok orang miskin dan membutuhkan akan menyambut jenazah Paus Fransiskus di lokasi pemakaman, menegaskan dedikasinya terhadap kaum tertindas. Ia akan dimakamkan secara sederhana, tanpa nisan mewah, hanya ditandai dengan satu kata: Franciscus.