,KORANBOGOR.comWASHINGTON-Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa (17/6/2025) menyerukan agar Iran menyerah tanpa syarat, memperingatkan bahwa kesabaran AS terhadap Teheran semakin menipis.
Pernyataan ini disampaikan di tengah perang udara antara Israel dan Iran yang telah memasuki hari kelima, ditandai dengan serangan rudal dan ledakan di Teheran, Isfahan, serta serangan balasan Israel ke 12 lokasi peluncuran rudal dan gudang senjata di ibu kota Iran.
Ancaman Trump dan Ketidakpastian Sikap AS
Dalam unggahan di Truth Social, Trump mengancam, “Kami tahu persis di mana pemimpin tertinggi itu bersembunyi. Kami tidak akan membunuhnya, setidaknya untuk saat ini. Kesabaran kami sudah menipis.” Tiga menit kemudian, ia menulis, “MENYERAH TANPA SYARAT!” dengan huruf kapital. Meski begitu, Trump juga mengisyaratkan kemungkinan dialog dengan mengirim utusan khusus Timur Tengah Steve Witkoff atau Wakil Presiden JD Vance untuk bernegosiasi dengan Iran.
Pernyataan Trump yang bercampur antara ancaman militer dan wacana diplomatik menciptakan ketidakpastian atas sikap AS dalam konflik ini. Gedung Putih melaporkan bahwa Trump telah menggelar rapat Dewan Keamanan Nasional selama 90 menit untuk membahas situasi, meski rinciannya belum diungkap. Sumber militer AS juga menyebut pengiriman tambahan pesawat tempur ke Timur Tengah sebagai langkah pertahanan.
Eskalasi Militer dan Perang Siber
Israel memulai serangan udara besar-besaran terhadap Iran sejak Jumat lalu, dengan alasan Teheran berada di ambang pengembangan senjata nuklir. Militer Israel melaporkan serangan ke fasilitas militer Iran, sementara sirene serangan udara berbunyi di Tel Aviv dan wilayah selatan Israel akibat rudal balasan Iran. Israel juga mengklaim telah membunuh Kepala Staf Perang Iran, Ali Shadmani, serta seorang penasihat keamanan utama Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Di sisi lain, Iran dilaporkan menghadapi serangan siber besar-besaran dari Israel yang menargetkan infrastruktur digitalnya. Otoritas Iran memberlakukan larangan penggunaan perangkat komunikasi pribadi di kalangan pejabat untuk mencegah kebocoran informasi.
Peringatan Israel dan Isu Nuklir
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memperingatkan bahwa Khamenei bisa bernasib seperti Saddam Hussein, yang digulingkan dan dieksekusi setelah invasi AS ke Irak pada 2003. “Saya memperingatkan diktator Iran agar tidak terus melakukan kejahatan perang dan menembakkan rudal ke warga Israel,” tegas Katz.
Konflik ini dipicu oleh kecurigaan Barat bahwa Iran mengembangkan senjata nuklir, meski Teheran membantah dan menegaskan program pengayaan uraniumnya untuk tujuan damai, sesuai haknya dalam Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Sebaliknya, Israel, yang diyakini memiliki senjata nuklir meski tidak pernah mengonfirmasi, menolak bergabung dalam NPT. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah tidak akan mundur hingga program nuklir Iran dihentikan sepenuhnya.
Respons Internasional dan Diplomasi
Trump menyebut serangan Israel bisa dihentikan jika Iran membatasi aktivitas pengayaan uranium secara ketat. Namun, ia membantah kepergiannya lebih awal dari KTT G-7 di Kanada terkait upaya gencatan senjata, dan mengklaim sedang mengupayakan “hal yang jauh lebih besar.” Wakil Presiden JD Vance menegaskan bahwa keputusan terkait program nuklir Iran sepenuhnya berada di tangan Trump.
Konflik ini terus memicu ketegangan global, dengan dunia menanti langkah konkret dari AS, Israel, dan Iran untuk meredakan eskalasi yang kian memburuk.