KORANBOGOR.com,JAKARTA-Pemerintah berencana menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk pada Selasa, 8 Juli 2025, dengan target indikatif Rp 9 triliun. Lelang ini akan menawarkan tujuh seri SBSN, dengan tenor 5 dan 10 tahun diprediksi menjadi favorit investor.
Menurut Senior Ekonom KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana, ketidakpastian global, terutama terkait kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump hingga 9 Juli 2025, membuat investor cenderung memilih tenor menengah.
“Tenor 5 dan 10 tahun lebih menarik dibandingkan tenor panjang karena pasar masih menunggu perkembangan kebijakan tarif Trump,” ujarnya pada Minggu (6/7/2025).
Fikri memperkirakan imbal hasil (yield) SBSN tenor 10 tahun akan berada di kisaran 6,5% hingga 6,54%, didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga acuan dan meredanya risiko geopolitik.
“Jika kebijakan tarif Trump diperpanjang, dampaknya bisa positif bagi pasar. Namun, jika tidak, dampaknya tidak akan seburuk yang dikhawatirkan,” tambahnya.Selain itu, Fikri mencatat adanya tren peningkatan penerbitan obligasi korporasi di semester kedua 2025.
Faktor pendorongnya adalah kebutuhan pelunasan obligasi jatuh tempo dan ekspektasi penurunan suku bunga. “Perusahaan dengan rating baik bisa mendapatkan cost of fund lebih murah melalui obligasi dibandingkan pinjaman bank,” jelasnya.
Lelang sukuk ini diharapkan dapat menarik minat investor di tengah dinamika pasar global, sekaligus mendukung kebutuhan pembiayaan negara.